Posted by : Unknown
Selasa, 22 Januari 2019
Pengertian E-Commerce
Perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: Electronic commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya.
Manfaat E-Commerce
Manfaat dari digunakannya E-Commerce ini adalah dapat menekan biaya barang dan jasa, serta dapat meningkatkan kepuasan konsumen sepanjang yang menyangkut kecepatan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan harganya. Order cycle sebuah bisnis yang tadinya memakan waktu 30 hari, waktunya bisa dipercepat yakni bisa 5 hari saja.
Proses yang cepat tentunya akan meningkatkan pendapatan. Berbelanja atau melakukan transaksi perdagangan melalui internet sangat berbeda dengan berbelanja atau melakukan transaksi perdagangan di dunia nyata. Dengan E-Commerce memungkinkan kita bertransaksi dengan cepat dan biaya yang murah tanpa melalui proses yang berbelit-belit, di mana pihak pembeli (buyer) cukup mengakses internet ke website perusahaan yang mengiklankan produknya di internet, yang kemudian pihak pembeli (buyer) cukup mempelajari term of condition (ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan) pihak penjual.
Frost & Sullivan, memperkirakan pasar e-commerce Asia Tenggara naik dua kali lipat dalam empat tahun ke depan. Lembaga riset global itu memprediksi Vietnam, Indonesia, dan Filipina menjadi motor pertumbuhan pasar. Pada 2020, pasar e-commerce Asean diproyeksikan mencapai US$ 25 miliar dari tahun lalu US$ 11,2 miliar. Hal ini tak lepas dari menjamurnya gaya hidup digital.
Cris Duy Tran, konsultan Frost & Sullivan Asia Pasifik, menuturkan, Vietnam akan menjadi pasar e-commerce terbesar di Asean, lantaran memiliki pertumbuhan paling pesat. Indonesia berada di posisi kedua diikuti Filipina. “Sampai tahun lalu, Malaysia dan Thailand menjadi pasar e-commerce terbesar Asean, dengan nilai masing-masing US$ 2,3 miliar dan US$ 2,1 miliar,” ujar Cris seperti dilansir Nikkei. Cris menilai, pasar e-commerce Asean tertinggal jauh dari Tiongkok, yang mencetak pertumbuhan fantasis. Kendala utama yang dihadapi pemain e-commerce Asean adalah logistic yang karut-marut dan rendahnya penggunaan kartu kredit. Di Asean, porsi e-commerce terhadap total pasar ritel kurang dari 2,5% tahun lalu. Bandingkan dengan Tiongkok yang mencapai 12,1%. “Akan tetapi, kami percaya Asean akan mengikuti kesuksesan Tiongkok dalam hal perkembangan pasar e-commerce,” papar dia. Frost & Sullivan memperkirakan pasar e-commerce Asia Pasifik mencapai US$ 79 miliar pada 2020 atau tumbuh rata-rata 26% per tahun. Adapun pasar e-commerce Indonesia diperkirakan naik 31% menjadi US$ 3,8 miliar pada 2019, didorong tingginya populasi dan pertumbuhan ekonomi, meluasnya penetrasi telepon pintar, serta makin banyaknya produk yang dijual pemain e-commerce.
Spike Choo, country director Frost & Sullivan Indonesia menambahkan, kondisi infrastruktur yang buruk dan rendahnya akses ke lembaga keuangan bakal menjadi tantangan industri e-commerce Indonesia. Saat ini, transaksi tunai masih mendominasi di Indonesia. Namun, ke depan, dia menerangkan, transaksi dengan kartu kredit dan debit, serta e-money bakal tumbuh stabil. Ini seiring langkah perbankan dan operator telekomunikasi menyosialisasikan instrumen pembayaran alternatif kepada masyarakat.
Cris Duy Tran, konsultan Frost & Sullivan Asia Pasifik, menuturkan, Vietnam akan menjadi pasar e-commerce terbesar di Asean, lantaran memiliki pertumbuhan paling pesat. Indonesia berada di posisi kedua diikuti Filipina. “Sampai tahun lalu, Malaysia dan Thailand menjadi pasar e-commerce terbesar Asean, dengan nilai masing-masing US$ 2,3 miliar dan US$ 2,1 miliar,” ujar Cris seperti dilansir Nikkei. Cris menilai, pasar e-commerce Asean tertinggal jauh dari Tiongkok, yang mencetak pertumbuhan fantasis. Kendala utama yang dihadapi pemain e-commerce Asean adalah logistic yang karut-marut dan rendahnya penggunaan kartu kredit. Di Asean, porsi e-commerce terhadap total pasar ritel kurang dari 2,5% tahun lalu. Bandingkan dengan Tiongkok yang mencapai 12,1%. “Akan tetapi, kami percaya Asean akan mengikuti kesuksesan Tiongkok dalam hal perkembangan pasar e-commerce,” papar dia. Frost & Sullivan memperkirakan pasar e-commerce Asia Pasifik mencapai US$ 79 miliar pada 2020 atau tumbuh rata-rata 26% per tahun. Adapun pasar e-commerce Indonesia diperkirakan naik 31% menjadi US$ 3,8 miliar pada 2019, didorong tingginya populasi dan pertumbuhan ekonomi, meluasnya penetrasi telepon pintar, serta makin banyaknya produk yang dijual pemain e-commerce.
Spike Choo, country director Frost & Sullivan Indonesia menambahkan, kondisi infrastruktur yang buruk dan rendahnya akses ke lembaga keuangan bakal menjadi tantangan industri e-commerce Indonesia. Saat ini, transaksi tunai masih mendominasi di Indonesia. Namun, ke depan, dia menerangkan, transaksi dengan kartu kredit dan debit, serta e-money bakal tumbuh stabil. Ini seiring langkah perbankan dan operator telekomunikasi menyosialisasikan instrumen pembayaran alternatif kepada masyarakat.